SUMEDANGONLINE.COM, SUMEDANG:
Terkenal sebagai ‘Pulau Para Dewa’, Bali kerap merepresentasikan Indonesia di mata dunia.
Kendati demikian, beberapa dekade terakhir Bali menghadapi masalah peningkatan timbulan sampah. Tidak hanya dipicu oleh meningkatnya jumlah penduduk dan turis.
Hembusan angin barat dan ombak bulan Desember hingga Maret yang membawa timbunan sampah dari Bali dan pulau Jawa menjadi salah satu faktor utama penyebab meningkatnya jumlah sampah di Bali.
Berangkat dari kekhawatiran terhadap tingginya angka sampah di Bali, Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) dan Quiksilver Indonesia (QS) mengambil aksi nyata dalam menjaga keindahan dan kebersihan Bali dengan menggagas Bali Beach Clean Up (BBCU) pada tahun 2007.
Itu, sebuah program bersih-bersih pantai harian di lima pantai utama Bali.
Terhitung hingga Juli 2017, tim Bali Beach Clean Up telah berhasil menyingkirkan lebih dari 34 juta kg sampah dari pesisir pantai Bali sepanjang 9.7 kilometer.
Program ini didukung dengan 150 tempat sampah baru setiap tahunnya, 4 traktor pantai, 2 barber surf rakes, 3 truk sampah, dan yang terutama 78 kru dari komunitas lokal di sekitar pantai.
Selain menjalankan program, kru BBCU turut berperan aktif sebagai ambassador untuk mempromosikan program BBCU: pentingnya menjaga lingkungan.
“Permasalahan sampah menjadi tanggung jawab kita bersama. Dengan kolaborasi yang semakin baik antara pemerintah, sektor swasta, dan komunitas, semakin cepat pula kemajuan yang akan kita rasakan,” ujar Kadir Gunduz, Presiden Direktur, Coca-Cola Amatil Indonesia melalui rilis yang diterima S.O, Senin (31/7).
“Sejak sepuluh tahun lalu, kami senantiasa bangga terhadap Bali Beach Clean Up dan kontribusinya terhadap lingkungan dan komunitas. Meski demikian, kami percaya bahwa akan selalu ada upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah sampah dan kami percaya bawa program kami akan mendorong lebih banyak orang dan organisasi meraih tujuan yang sama untuk lingkungan kita; lingkungan yang lebih baik.”
Pantai yang bersih tidak hanya menjadi kabar baik bagi pengunjung namun juga bagi penyu laut.
Meningkatnya angka telur penyu yang ditemukan di pantai mendorong CCAI dan QS untuk mendirikan dan menjalankan Kuta Beach Sea Turtle Conservation (KBSTC) sebagai bagian dari program BBCU.
Lebih dari 140,000 bayi penyu telah dikembalikan ke laut semenjak dibentuknya KBSTC pada tahun 2010.
(Forkowas-1)
Terkenal sebagai ‘Pulau Para Dewa’, Bali kerap merepresentasikan Indonesia di mata dunia.
Kendati demikian, beberapa dekade terakhir Bali menghadapi masalah peningkatan timbulan sampah. Tidak hanya dipicu oleh meningkatnya jumlah penduduk dan turis.
Hembusan angin barat dan ombak bulan Desember hingga Maret yang membawa timbunan sampah dari Bali dan pulau Jawa menjadi salah satu faktor utama penyebab meningkatnya jumlah sampah di Bali.
Berangkat dari kekhawatiran terhadap tingginya angka sampah di Bali, Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) dan Quiksilver Indonesia (QS) mengambil aksi nyata dalam menjaga keindahan dan kebersihan Bali dengan menggagas Bali Beach Clean Up (BBCU) pada tahun 2007.
Itu, sebuah program bersih-bersih pantai harian di lima pantai utama Bali.
Terhitung hingga Juli 2017, tim Bali Beach Clean Up telah berhasil menyingkirkan lebih dari 34 juta kg sampah dari pesisir pantai Bali sepanjang 9.7 kilometer.
Program ini didukung dengan 150 tempat sampah baru setiap tahunnya, 4 traktor pantai, 2 barber surf rakes, 3 truk sampah, dan yang terutama 78 kru dari komunitas lokal di sekitar pantai.
Selain menjalankan program, kru BBCU turut berperan aktif sebagai ambassador untuk mempromosikan program BBCU: pentingnya menjaga lingkungan.
“Permasalahan sampah menjadi tanggung jawab kita bersama. Dengan kolaborasi yang semakin baik antara pemerintah, sektor swasta, dan komunitas, semakin cepat pula kemajuan yang akan kita rasakan,” ujar Kadir Gunduz, Presiden Direktur, Coca-Cola Amatil Indonesia melalui rilis yang diterima S.O, Senin (31/7).
“Sejak sepuluh tahun lalu, kami senantiasa bangga terhadap Bali Beach Clean Up dan kontribusinya terhadap lingkungan dan komunitas. Meski demikian, kami percaya bahwa akan selalu ada upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah sampah dan kami percaya bawa program kami akan mendorong lebih banyak orang dan organisasi meraih tujuan yang sama untuk lingkungan kita; lingkungan yang lebih baik.”
Pantai yang bersih tidak hanya menjadi kabar baik bagi pengunjung namun juga bagi penyu laut.
Meningkatnya angka telur penyu yang ditemukan di pantai mendorong CCAI dan QS untuk mendirikan dan menjalankan Kuta Beach Sea Turtle Conservation (KBSTC) sebagai bagian dari program BBCU.
Lebih dari 140,000 bayi penyu telah dikembalikan ke laut semenjak dibentuknya KBSTC pada tahun 2010.
(Forkowas-1)