SUMEDANGONLINE.COM, Surabaya ----menteri riset dan pendidikan tinggi Mohamad Nasir dalam kongres Indonesia Qualitative Researcher Association (IQRA) mendorong penelitian sosial lebih mengarah pada tema keindonesiaan.
Hal tersebut disampaikan dalam ceramah ilmiahnya di Universitas 17 Agustus Surabaya, hari ini (15/7). "Indonesia lebih banyak dijelaskan oleh peneliti asing, tentu disesalkan. Untuk itu adanya asosiasi peneliti kualitatif ini diharapkan bisa menjawab persoalan tsb" tuturnya.
Asosiasi peneliti kualitatif indonesia merupakan organisasi profesi dibidang penelitian, duduk sebagai pembina Prof. Dr. KH. Said Agil Siroj (ketua pbnu), dan Menristek Dikti duduk sebagai wakil ketua.
Hal tersebut disampaikan dalam ceramah ilmiahnya di Universitas 17 Agustus Surabaya, hari ini (15/7). "Indonesia lebih banyak dijelaskan oleh peneliti asing, tentu disesalkan. Untuk itu adanya asosiasi peneliti kualitatif ini diharapkan bisa menjawab persoalan tsb" tuturnya.
Asosiasi peneliti kualitatif indonesia merupakan organisasi profesi dibidang penelitian, duduk sebagai pembina Prof. Dr. KH. Said Agil Siroj (ketua pbnu), dan Menristek Dikti duduk sebagai wakil ketua.
Senada dengan itu, Walikota surabaya tri rismaharini yang juga menjadi pembicatra kongres menyampaikan apresiasi, ia berharap para peneliti dapat sinergi dengan upaya pemerintah dalam membangun masyarakat. "Apalagi yang diharapkan oleh masyarakat kalau bukan kemaslahatan, para peneliti inilah yang seharusnya menjadi pembangun" katanya.
Sementara itu, sekjend IQRA Dedi Kurnia Syah menjelaskan, sejauh ini belum ada organisasi profesi yang fokus ada pengembangan penelitian, "hingga hari ini, riset kualitatif dianggap kelas kedua, empirisme selalu didahulukan dengan anggapan lebih realitis, padahap untuk menjelaskan fenomena sosial, empirisme saja tidak akomdatif" terangnya.
Asosiasi ini sendiri diketuai oleh Prof. Dr. Burhan Bungin, Ph.D dengan pengurus pusat sekira 33 profesor dari seluruh indonesia, dan tidak kurang 50 doktor bidang ilmu sosial.***
Sementara itu, sekjend IQRA Dedi Kurnia Syah menjelaskan, sejauh ini belum ada organisasi profesi yang fokus ada pengembangan penelitian, "hingga hari ini, riset kualitatif dianggap kelas kedua, empirisme selalu didahulukan dengan anggapan lebih realitis, padahap untuk menjelaskan fenomena sosial, empirisme saja tidak akomdatif" terangnya.
Asosiasi ini sendiri diketuai oleh Prof. Dr. Burhan Bungin, Ph.D dengan pengurus pusat sekira 33 profesor dari seluruh indonesia, dan tidak kurang 50 doktor bidang ilmu sosial.***